Manokwari (ANTARA) - Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Manokwari, Papua Bara melakukan tindakan administratif keimigrasian berupa deportasi kepada empat warga negara asing (WNA) selama periode Januari-Juli 2024.
Kepala Imigrasi Kelas I Non TPI Manokwari Iman Teguh Adianto di Manokwari, Kamis, mengatakan empat WNA dideportasi karena melanggar Pasal 75 (1) jo Pasal 122 huruf a Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011.
"Ada dua WNA asal Belanda yang dideportasi tanggal 16 Februari 2024, dan dua WNA asal China dideportasi tanggal 18 Maret 2024," kata Iman kepada awak media saat press tour menjelang Hari Pengayoman Ke-79.
Ia menjelaskan bahwa dua WNA asal Belanda terbukti melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan ketentuan pada dokumen izin tinggal, menjelang pelaksanaan Pemilu 2024.
Informasi terkait aktivitas kedua WAN dimaksud langsung direspon oleh Tim Pengawasan Orang Asing (Tim Pora), sehingga keduanya ditahan untuk dideportasi kembali ke negara asal.
"Dua WNA asal Belanda menggunakan izin berwisata tapi ternyata melakukan kegiatan yang melanggar ketentuan. Sama halnya dengan dua WNA asal China," ujar Iman Teguh.
Menjelang Pilkada 2024, kata dia, Imigrasi Manokwari melalui Tim Pora terus mengoptimalkan pengawasan terhadap semua kegiatan orang asing agar tidak melanggar ketentuan dokumen keimigrasian.
Pengawasan tersebut menyasar lima kabupaten sebagai wilayah kerja yaitu, Manokwari, Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak, Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Kaimana, dan Fakfak.
"Kami punya layanan inovasi pelaporan informasi orang asing (pinang). Jumlah WNA saat ini lebih kurang 200 orang, Tim Pora terus pantau kegiatan mereka," ujar dia.
Menurut dia optimalisasi pengawasan terhadap WNA memerlukan dukungan kolaborasi lintas instansi seperti TNI, Polri dan Badan Intelijen Daerah (Binda), termasuk melibatkan peran aktif masyarakat.
Hal ini berkaitan dengan luas wilayah kerja dari Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Manokwari yang mencakupi lima kabupaten se-Papua Barat, sehingga kerja sama merupakan solusi efektif.
"Misalnya untuk kawasan laut, kami tidak punya kapal jadi kami berkolaborasi dengan TNI Angkatan Laut dan Polairud," ucap Iman Teguh.