Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Papua Barat Daya, Wahyudi di Sorong, Rabu, mengaku sangat prihatin terhadap oknum anggota TNI AL yang mengusir dan mengancam rekan-rekan jurnalis di Kota Sorong saat sedang menjalankan tugas peliputan terkait dengan upaya konfirmasi terhadap dugaan meninggalnya salah satu oknum anggota TNI AL yang bertugas di Lantamal XIV/Sorong, Papua Barat Daya.
“Selaku Ketua PWI Papua Barat Daya, kami sangat menyayangkan adanya tindak kekerasan verbal yang dilakukan oleh oknum anggota TNI AL kepada teman-teman wartawan. Sebab ini merupakan bentuk intimidasi terhadap jurnalis saat bertugas di lapangan,” kata Wahyudi
Menurut dia, relasi antara pers dengan TNI AL selama ini sudah cukup baik. Dengan adanya kejadian ini, tentunya relasi dan sinergi yang selama ini sudah terjalin baik antara pers dengan TNI AL menjadi bermasalah.
"Tindakan intimidasi verbal kepada insan pers di Kota Sorong telah mencederai UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers dan kemerdekaan pers," ujar dia.
Dia berharap rekan-rekan aparat keamanan baik TNI/ Polri tentu harus juga menghargai dan memahami tugas jurnalis di lapangan dengan memberikan ruang kepada jurnalis untuk menjalankan tugasnya.
Jika, kata dia, saat kejadian ada hal-hal bersifat internal yang belum bisa dipublikasikan, tentu tidak salah kalau disampaikan dan dikomunikasikan dengan baik, sehingga penjelasan itu bisa diterima oleh teman-teman wartawan.
Dia mengisahkan bahwa, saat kejadian, rekan-rekan jurnalis sudah menjelaskan maksud dan tujuan dengan mendatangi Mako Lantamal XIV/Sorong untuk melakukan upaya konfirmasi. Niat itu sudah komunikasi dengan Danlantamal melalui whatapps namun belum ada balasan.
"Apalagi teman-teman wartawan sudah menyampaikan kepada oknum tersebut bahwa mereka sudah ada upaya konfirmasi kepada Danlantamal terkait permasalahan yang terjadi," kata Wahyudi.
Dia menlai bahwa rekan-rekan wartawan saat itu memang sedang menjalankan tugas profesinya dan tidak melakukan pelanggaran kode etik jurnalistik.
"Kami berharap pihak TNI AL bisa sesegera mungkin memberikan klarifikasi atas kejadian tersebut sehingga permasalahan ini tidak semakin berkepanjangan. Apalagi sampai menimbulkan gesekan baru antara pers dengan TNI AL," harap dia.
Koordinator Wilayah (Korwil) IJTI Maluku-Papua, Chanry Suripatty pun bernada kecam terhadap sikap oknum TNI AL terhadap wartawan.
“IJTI mengecam keras tindakan oknum TNI-AL yang mengancam dan mengusir jurnalis saat hendak melaksanakan tugas peliputan di Markas Lantamal,” ujar Chandry.
Korwil IJTI Maluku-Papua itu juga meminta seluruh jurnalis untuk memboikot seluruh pemberitaan terkait institusi TNI-AL di seluruh Tanah Papua.
“Saya minta seluruh jurnalis untuk boikot seluruh pemberitaan TNI-AL di Papua," kata dia.
Dia berharap, Komandan TNI-AL harus turun dan usut tuntas tindakan arogansi dari oknum anggota TNI AL sehingga persoalan ini bisa menjadi terang dan relasi yang selama ini sudah teebangun tetap utuh.
"Jangan anggap remeh karena soal ancaman tidak bagus, makanya harus ada tindakan tegas,” ucap dia menegaskan.
Kejadian ini berawal ketika para jurnalis di Kota Sorong, tengah melaksanakan tugas peliputan terkait dengan konfrimasi kasus meninggalnya salah satu oknum anggota TNI-AL di Markas Lantamal XIV/Sorong, Provinsi Papua Barat Daya pada Selasa (9/7/2024) sekitar pukutl 10.50 WIT.
Saat itu, para jurnalis Sorong itu sempat berhenti menunggu rekannya di Jalan Bubara yang tak jauh dari Markas Lantamal XIV/Sorong. Selang beberapa menit, seorang petugas dari dalam Markas Lantamal XIV/Sorong tampak menghampiri rombongan jurnalis di Jalan Bubara, sembari menanyakan maksud jurnalis berhenti di areal tersebut.
Setelah dijawab dari para jurnalis, anggota TNI-AL yang mengenakan seragam lengkap dengan helm putih tersebut kembali ke Pos Markas Lantamal XIV/Sorong.
Tak butuh waktu lama, satu anggota TNI-AL kembali menghampiri para jurnalis dengan melontarkan kata-kata bernada arogansi sambil mengarahkan jari telunjuk ke rombongan jurnalis tersebut.
Oknum anggota TNI-AL tersebut pun sempat memaksa untuk melakukan pemeriksaan terhadap handphone (Hp) seorang jurnalis sambil mengeluarkan bahasa bernada ancaman.
Anggota itu juga tampak mengeluarkan nada keras dan mengusir para jurnalis dari Jalan Bubara Kota Sorong kemudian sempat terjadi adu mulut.