Sorong (ANTARA) - Kepala Dinas Pemuda, Olahraga Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Papua Barat Daya Yusdi Lamatenggo menyebutkan pembangunan pariwisata di Provinsinya membutuhkan kolaborasi di tingkat kabupaten dan kota guna mempercepat perkembangan wisata di masing-masing wilayah.
"Saya sampaikan kepada seluruh Kepala Dinas Pariwisata di enam kabupaten kota di Provinsi ke-38, kita harus satu frekuensi, satu irama untuk bersama membangun pariwisata di masing-masing wilayah," kata Yusdi di Sorong, Senin.
Papua Barat Daya memiliki pariwisata Raja Ampat yang masuk prioritas nasional dari 10 destinasi yang ditetapkan pemerintah pusat. Ini perlu dimanfaatkan secara baik untuk mengembangkan potensi wisata di provinsi itu selain Raja Ampat.
"Ada enam kabupaten dan kota yang masing-masing memiliki keunggulan wisata," katanya.
Selain Raja Ampat yang memiliki destinasi wisata selam kelas dunia, Kabupaten Sorong pun memiliki wisata budaya yang sangat luar biasa.
Kemudian Sorong Selatan dikenal dengan 1001 sungai yang terbentang luas, di Kabupaten Maybrat ada potensi wisata danau sebening kaca, Kabupaten Tambrauw memiliki hutan konservasi yang di dalamnya terdapat keanekaragaman flora dan fauna, Burung Cendrawasih dan Penyu Belimbing. Kemudian Kota Sorong dikenal sebagai kota jasa.
"Potensi ini kalau tidak dikelola dengan baik maka akan berat untuk mengejar ketertinggalan," ujarnya.
Dia mengatakan Pariwisata Raja Ampat yang sudah jadi prioritas nasional seharusnya dijadikan sebagai batu loncatan untuk menggenjot pembangunan pariwisata di setiap daerah yang memiliki potensi wisata.
"Jadi ada cantolan nasional, ada Raja Ampat, ini kita harus manfaatkan secara baik supaya potensi wisata lain di Papua Barat Daya bisa berkembang," ujarnya.
Beberapa isu penting yang menjadi perhatian Pemerintah Papua Barat Daya untuk mendukung pembangunan pariwisata di antaranya menyangkut harga tiket.
Harga tiket menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan wisatawan pada tahun kemarin ke timur Indonesia. Jika tidak ada intervensi pemerintah maka tidak akan ada turis datang ke timur Indonesia.
"Karena harga tiket dari Jakarta ke Sorong itu pergi-pulang lebih mahal dibandingkan ke Jepang. Ini juga kita sudah sampaikan ke menteri terkait untuk melihat kondisi ini," ucapnya.
Karena, menurutnya, pengembangan wisata berjalan baik dan berhasil, namun mubazir jika akses transportasi menuju ke Papua sangat sulit untuk dijangkau. Upaya konkret yang tengah dilakukan adalah berupaya untuk membuka akses langsung ke Papua tanpa harus melalui jalur Jakarta.
"Contoh konkret, sejak Manado buka akses langsung dari China, itu peningkatan hampir 500 persen kunjungan turis ke Sulawesi Utara. Artinya, semakin banyak orang datang kalau waktu tempuh diperpendek," katanya.
Selain isu harga tiket, juga tidak kalah penting adalah soal jaringan telekomunikasi. Ini sangat penting untuk mendukung pengembangan wisata di Papua Barat Daya.
"Saya berharap dengan adanya kolaborasi ini, isu terkait dukungan terhadap pengembangan wisata di wilayah ini tentunya lambat laun akan terpenuhi dengan berbagai langkah strategis yang kita ambil," cakapnya.*