Sorong (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya bersama masyarakat kelompok tani Pasar Mariat memanen jagung manis dan semangka sebanyak 11,2 ton dari lahan seluas 2 hektar.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sorong Frengki Wamafma di Sorong, Rabu, menjelaskan panen ini merupakan hasil inisiatif dan kemandirian masyarakat Kelompok Tani Pasar Mariat tersebut yang telah memanfaatkan lahan tidur areal pasar seluas 2 hektar.
"Saya atas nama pemerintah memberikan apresiasi atas hasil yang telah dilakukan oleh masyarakat kelompok tani di Kabupaten Sorong," jelasnya.
Kepala Dinas Pertanian berjanji ke depan akan menaruh perhatian lebih ke masyarakat kelompok tani ini sehingga mereka tetap produktif melakukan penanaman bibit pangan untuk memperkuat kebutuhan pangan di Kabupaten Sorong.
"Apalagi Kabupaten Sorong ini telah ditetapkan sebagai kabupaten lumbung pangan maka kita akan memperkuat para petani baik dari sisi fasilitas, pupuk dan peningkatan kapasitas," bebernya.
Ia mengakui pemprov Papua Barat Daya juga telah berkoordinasi dan siap mendukung kegiatan tersebut tidak hanya untuk meningkatkan hasil panen, melainkan juga untuk memperluas pemanfaatan lahan yang ada di Pasar Mariat.
Selain jagung dan semangka, di kebun berukuran 2 hektar yang berada di areal Pasar Mariat tersebut, juga ditumbuhi beberapa jenis sayuran lain. Di antaranya bayam, sawi, terong kangkung, kacang panjang dan cabe merah keriting.
Menurut Kepala Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) Sorong, Sutardi mengungkapkan hasil panen Kelompok Tani Pasar Mariat sudah cukup baik. Dimana lahan seluas 2 hektar tersebut telah menghasilkan 5,2 ton per hektar tongkol jagung manis dan hampir 6 ton semangka.
“Beberapa tanaman semusim seperti bayam, kangkung dan sawi sudah dipanen lebih dahulu. Hasil panen pun langsung dijual di lapak yang ada di Pasar Mariat. Karena kalau tidak segera dipanen dikhawatirkan akan keduluan sama organisme pengganggu tanaman (OPT),” ujar Sutardi.
Tanaman di lahan tersebut juga merupakan hasil dari praktik pembuatan dan pengaplikasian elisitor nusantara biosaka. Melalui pemanfaatan ramuan tersebut, petani telah menghemat penggunaan pupuk sebesar 50 persen.
“Penggunaan biosaka terhadap tumbuhan tersebut sudah 50 persen. Kami berharap, ke depan penggunaan biosaka ini akan semakin ditingkatkan lagi sampai 70 bahkan 90 persen. Sehingga kebutuhan pupuk dan serangan hama bisa diminimalisir dan kondisi kesuburan tanah juga bisa diperbaiki,” katanya.