Penjabat Wali Kota Sorong Septinus Lobat di Sorong, Sabtu menjelaskan penguatan kapasitas terhadap kader posyandu merupakan langkah cukup penting, karena mereka akan berhadapan langsung dengan balita atau ibu hamil di setiap kegiatan posyandu, sehingga pengetahuan terhadap ciri anak terkena stunting perlu diberikan.
"Ini langkah penting yang harus dilakukan, supaya setiap kader posyandu memiliki persamaan persepsi terhadap sunting, kemudian langkahnya seperti apa, mereka sudah mengetahui," jelas Pj Wali Kota Sorong.
Salah satu mengetahui anak berimbas stunting itu, kata dia, berat badan harus akurat, sehingga kemampuan yang telah dibekali setiap kader mampu menentukan anak itu masuk kategori stunting atau sehat.
"Penguatan kader itu mulai dari dasar yakni melalui posyandu, karena ada empat sasaran yang menjadi fokus perhatian kader posyandu yakni ibu hamil, remaja putri, bayi baru lahir dan pasangan muda calon pengantin," beber dia.
Intinya adalah, sebut dia, Pemerintah terus berupaya memaksimalkan setiap peran untuk berkontribusi pada penurunan angka stunting pada anak, sehingga tidak muncul anak yang baru lahir dan berimbas stunting.
"Karena data terakhir Desember 2022, jumlah anak yang terkena stunting berkisar 613 anak," sebut dia.
Namun berdasarkan hasil survei Januari hingga Agustus 2023, anak dengan kondisi stunting di Kota Sorong turun menjadi 514 anak.
Dia mengakui bahwa, posyandu haruslah diakui sebab telah menjadi sebuah lembaga kemasyarakatan yang ikut berpartisipasi aktif dan berkontribusi pada kesejahteraan dan kesehatan ibu dan anak.
Posyandu, sebut dia, telah mengembangkan berbagai program kesehatan baik terhadap ibu dan anak, keluarga berencana, pemantauan status gizi, pencegahan penanggulangan diare dan penurunan angka stunting.
"Maka kader posyandu harus menjadi garda terdepan terhadap pelayanan kesejahteraan dan kesehatan ibu dan anak karena memberikan ruang yang cukup baik setiap bulan maupun agenda rutin lainnya bagi ibu dan anak melakukan posyandu," kata dia.