Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sorong Herlin Sasabone di Sorong, Kamis, menjelaskan bahwa berdasarkan surat peringatan dini dari BMKG yang masuk ke BPBD menginstruksikan untuk segera mengambil langkah strategis sebagai upaya antisipasi dan waspada terhadap cuaca ekstrem berupa tingginya curah hujan akhir-akhir ini.
Langka yang telah diambil, sebut dia, Pemerintah Kota Sorong telah melakukan rapat koordinasi lintas instansi yang terdiri dari BMKG, Dinas Sosial, Dinas Lingkungan Hidup, kepala distrik dan lurah pada Rabu (21/6) untuk membahas strategi penanggulangan bencana yang akan terjadi.
"Selain itu juga memberikan pemahaman kepada distrik dan lurah agar menyampaikan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap musim hujan dengan intensitas yang cukup tinggi," jelas Herlin.
Karena, kata dia, bercermin dari bencana banjir di Kota Sorong pada Agustus 2022 telah menelan korban sebanyak 17.433 jiwa, 6 meninggal dunia, rumah warga 358 unit, sekolah 33 unit dan tempat ibadah 6 unit.
"Saat itu memang kondisinya sama seperti ini, sehingga kita perlu waspada karena yang namanya musibah kita tidak tahu, apalagi musim hujan seperti ini itu pertanda bagi kita untuk tetap waspada," kata Herlin.
Potensi terjadinya banji dan tanah longsor, sebut dia, pemicunya adalah curah hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
"Kalau curah hujanya sudah tinggi ditambah dengan durasinya lama kemudian air laut pasang itu pertanda bahwa kita harus bergerak," beber Herlina.
Di Kota Sorong, sebut Herlin, daerah-daerah rawan seperti Kelurahan Matalamagi dan Sawagumu perlu diantisipasi sedini mungkin ketika curah hujan meningkat. Sebab, dua daerah ini merupakan rawan terjadinya longsor dan banjir.
Di Kota Sorong, sebut Herlin, daerah-daerah rawan seperti Kelurahan Matalamagi dan Sawagumu perlu diantisipasi sedini mungkin ketika curah hujan meningkat. Sebab, dua daerah ini merupakan rawan terjadinya longsor dan banjir.
Ini harus diwaspadai oleh masyarakat. Sedangkan kepada masyarakat yang tinggal di dekat tebing, lereng gunung atau bukit serta dekat aliran sungai, juga harus waspada longsor,” pinta Herlin.
Antisipasi terjadinya bencana, kata Herlin, Dinas Sosial telah melaporkan bahwa ada persiapan lumbung-lumbung logistik yang ada di tingkat distrik, kemudian Dinas Lingkungan Hidup juga akan menebang pohon-pohon yang dianggap berbahaya jika terjadi hujan dengan angin kencang.
Sementara itu, Koordinator Seksi Observasi Stasiun BMKG DEO Sorong Laode Bangsawan mengatakan berdasarkan data yang terecord di BMKG, memang menunjukkan kondisi curah hujan berpotensi meningkat, sehingga BMKG memberikan warning kepada seluruh masyarakat Kota Sorong agar waspada bahaya bencana banjir dan tanah longsor.
"Puncak hujan terjadi bulan Juni, Juli dan Agustus. Marilah kita bersama-sama meningkatkan kewaspadaan,” harap Ode.
Ode menyebutkan, curah hujan bulanan di periode Juni dan Juli masuk ke intensitas tinggi yakni 300 mm sampai 500 mm.
"Kategori hujan ringan di saat intensitasnya 20 milimeter atau kurang, kategori hujan sedang kalau lebih dari lebih dari 20 milimeter sampai 50 milimeter dan hujan kategori lebat jika lebih dari 50 milimeter sampai 100 milimeter dan jika lebih dari itu maka masuk kategori sangat lebat hingga ekstrem," sebut Ode.