Kepala BPS Papua Barat Maritje Pattiwaellapia di Manokwari, Rabu, mengatakan peningkatan nilai ekspor ditopang oleh kinerja sektor minyak dan gas (migas) dan nonmigas yang tumbuh positif.
Ekspor migas tumbuh 17,51 persen (m-to-m) yaitu dari 294,51 juta dolar AS pada Desember 2022 menjadi 364,08 juta dolar AS.
Sama halnya sektor nonmigas yang tumbuh 334,18 persen yaitu dari 2,47 juta dolar AS pada Desember 2022 naik menjadi 10,75 juta dolar AS.
"Dari sisi pertumbuhan, nonmigas yang paling tinggi," kata dia.
Ia menjelaskan, kontribusi sektor migas terhadap total ekspor Papua Barat pada Januari 2023 mencapai 96,99 persen atau setara 346,08 juta dolar AS.
Sedangkan ekspor nonmigas hanya menyumbang 3,01 persen atau setara 10,75 juta dolar AS terhadap total ekspor.
"Peran migas dengan komoditas bahan bakar mineral sangat dominan terhadap total ekspor Papua Barat," kata Maritje.
Ia menuturkan bahwa ada tiga negara menjadi tujuan ekspor terbesar Papua Barat yaitu Jepang dengan nilai 158,34 juta dolar AS (44, 37 persen), China 140,67 juta dolar AS (39, 42 persen), dan Korea Selatan 52,80 juta dolar AS (14, 80 persen).
Selain tiga negara tersebut, ekspor Papua Barat juga menyasar ke sejumlah negara lainnya seperti Taiwan, Hongkong, Timor Leste, Papua Nugini, Arab Saudi, dan Singapura.
"Ekspor ke negara di Asia sebanyak 99,83 persen atau 356,21 juta dolar AS," jelas Maritje.
Ia menerangkan ekspor yang dilakukan melalui tiga pelabuhan laut dan satu bandara di Papua Barat mencapai 97,91 persen, sedangkan melalui provinsi lain hanya 2,09 persen.
Pelabuhan laut yang dimaksud adalah Pelabuhan Teluk Bintuni sebanyak 96,99 persen atau senilai 346,08 juta dolar AS, Pelabuhan Manokwari 0,76 persen, Pelabuhan Sorong 0,10 persen, dan Bandara DEO Sorong 0,06 persen.
Secara tahunan, kata dia, ekspor Papua Barat pada Januari 2023 tumbuh 91,39 persen (yoy) bila dibanding dengan Januari 2022 yang tercatat 186,44 juta dolar AS.