"Sekolah bisa aktifkan lagi secara swakelola dan itu sangat baik," kata Ketua DPD Persagi Papua Barat Andry Parinussa di Manokwari, Rabu.
Ia menjelaskan program PMTAS akan memproteksi anak dari kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat saat berada di lingkungan sekolah.
Makanan yang disajikan pada program PMTAS lebih memprioritaskan protein hewani dan nabati pada Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di seluruh Papua Barat.
"Kalau sekolah mau lakukan, ya tinggal kami monitoring," ucap Andry.
Menurut dia, upaya perbaikan asupan gizi bagi anak yang melibatkan institusi seperti lembaga pendidikan jauh lebih optimal dan teratur.
Selama ini, pemberian makanan bergizi bagi ibu hamil dan balita lebih cenderung dilakukan melalui fasilitas layanan kesehatan.
"Bisa lewat sekolah, karena lebih mudah kontrol pola makan anak," ujar dia.
Ia mengakui upaya perbaikan gizi bagi anak di Papua Barat memerlukan sinergi dan kolaborasi lintas pemangku kepentingan sebab hasil survei Kementerian Kesehatan dan laporan program Dinas Kesehatan menunjukkan pola asuh anak belum optimal sesuai ketentuan.
"Balita yang diperiksa di faskes ada banyak menderita gizi buruk dan stunting. Kisaran kita di 26 persen," kata dia.
Persagi, kata dia, gencar meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi soal gizi seimbang dengan masyarakat di Papua Barat.
Salah satunya, katanya, rutin mengampanyekan program Isi Piringku yang berarti menu makanan mengandung sumber karbohidrat, protein, mineral, dan air.
"Kita kampanyekan supaya masyarakat gemar konsumsi sayur, buah, dan makanan berprotein yang cukup," ucap dia.