Papua Barat tingkatkan cakupan vaksinasi pada anak 6-11 tahun

Manokwari (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Papua Barat terus berupaya meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 pada kelompok sasaran anak usia enam sampai 11 tahun yang sampai sekarang masih sangat rendah.

"Vaksinasi anak tidak bisa langsung kita sosialisasikan ke anak, harus ada dorongan dan izin dari orang tua. Kami berharap orang tua bisa mendorong anaknya untuk mendapatkan vaksin baik dosis I maupun dosis II," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Otto Parorongan di Manokwari, Kamis.

Menurut data Dinas Kesehatan, jumlah anak usia enam sampai 11 tahun di Papua Barat yang sudah mendapat vaksinasi COVID-19 dosis pertama baru 26.361 orang atau 22,2 persen dari total target sebanyak 118.520 orang.

Di antara 13 kabupaten/kota di Papua Barat, Kota Sorong tercatat sebagai daerah dengan cakupan vaksinasi dosis pertama paling tinggi dengan jumlah anak yang sudah mendapat suntikan vaksin COVID-19 dosis pertama sebanyak 8.859 orang.

"Untuk pemberian vaksin dosis kedua masih sangat rendah, baru 13 persen (dari sasaran)," kata Parorongan.

Menurut dia, anak usia enam sampai 11 tahun di Papua Barat yang sudah mendapat suntikan vaksin COVID-19 dosis kedua baru 15.372 anak.

Ia menambahkan, anak usia enam sampai 11 tahun yang sudah mendapat vaksinasi dosis kedua di Kabupaten Pegunungan Arfak bahkan baru delapan orang.

"Berbagai upaya terus kami lakukan (untuk meningkatkan cakupan vaksinasi), salah satunya dengan mengerahkan petugas puskesmas mendatangi sekolah-sekolah," katanya.

Menurut dia, Dinas Kesehatan Papua Barat bersama Dinas Kesehatan di kabupaten/kota mengerahkan petugas kesehatan ke sekolah-sekolah untuk memberikan pelayanan vaksinasi COVID-19.

"Pihak sekolah dan orang tua berperan penting dalam capaian vaksinasi untuk anak-anak... Jika ada sekolah yang mau mengadakan (pelayanan) vaksinasi, kami segera respons," kata Parorongan.

Ia menekankan pentingnya vaksinasi COVID-19 pada anak usia enam sampai 11 tahun untuk meminimalkan risiko penularan virus corona selama pelaksanaan pembelajaran tatap muka penuh.