Executive Vice President Komunikasi Korporat PLN Agung Murdifi mengatakan pemeringkatan ini memberikan semangat tambahan dalam melakukan transformasi dan mengejar target netralitas karbon pada 2060.
"Dalam jangka pendek, kita bisa melihat RUPTL 2021-2030. Hal ini menjadi komitmen kami mendorong pengembangan energi baru terbarukan," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
The WBA Electric Utilities Benchmark 2021 menyajikan peringkat 50 perusahaan listrik dunia berdasarkan penilaian terhadap komitmen menekan emisi karbon. PLN menempati peringkat ke-30 di atas perusahaan-perusahaan listrik di Asia Tenggara.
Ajang ini menggunakan metodologi pendekatan transisi rendah karbon (ACT), seperti TNB (Malaysia) dan EGAT (Thailand).
ACT menilai kesiapan perusahaan dalam bertransisi ke ekonomi rendah karbon. Tujuannya untuk mendorong perusahaan menjaga perubahan suhu sebesar 1,5 celsius yang dilihat dari model bisnis, investasi, operasi, dan manajemen emisi gas rumah kaca.
ACT dibangun di atas Pendekatan Dekarbonisasi Sektoral (SDA) yang dikembangkan oleh Science-Based Targets Initiative (SBTi) untuk membandingkan keselarasan perusahaan dengan jalur rendah karbon.
WBA Electric Utilities Benchmark 2021 mengapresiasi target nol emisi PLN yang dianggap merupakan peningkatan positif bagi pencapaian tujuan Perjanjian Paris.
Agung mengatakan pihaknya mendukung penuh program dekarbonisasi yang diusung pemerintah guna menghadirkan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Dengan menggunakan skenario Business As Usual (BAU), Indonesia diperkirakan memberikan kontribusi 4 miliar ton karbon dioksida per tahun pada 2060 sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
"PLN memiliki peran penting dalam menggerakkan pertumbuhan energi hijau di Indonesia. Kami berkomitmen untuk melakukan dekarbonisasi," ujar Agung.
Jika dalam skenario BAU, emisi sektor listrik mencapai 0,92 miliar ton karbon dioksida pada 2060 dan sektor transportasi 0.82 miliar ton karbon dioksida.
PLN meluncurkan strategi demi menjadi perusahaan listrik yang bersih dan hijau dan berkontribusi terhadap target karbon netral Indonesia pada 2060, salah satunya dengan menghentikan pembangunan serta mempensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) eksisting secara bertahap.
Berdasarkan peta jalan, PLN akan mempensiunkan PLTU subcritical sebesar 10 gigawatt pada 2035.
Kemudian PLTU super critical sebesar 10 gigawatt juga akan dipensiunkan pada tahun 2045. Tahap terakhir, PLTU ultra super critical 55 gigawatt dipensiunkan pada 2055.
Pada saat bersamaan PLN akan berinvestasi besar-besaran untuk mempercepat peningkatan kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga 20,9 gigawatt, serta pengembangan teknologi penyimpanan listrik dalam bentuk baterai berukuran besar hingga teknologi penangkapan karbon dan hidrogen.
Program lain yang disiapkan PLN untuk mendukung transisi energi yaitu ekspansi gas, program co-firing, konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke energi baru terbarukan, hingga peningkatan efisiensi energi dan pengurangan susut jaringan.
Di sisi lain, upaya dekarbonisasi juga memerlukan partisipasi publik. Masyarakat perlu mendukung penanganan perubahan iklim setidaknya dalam perspektif konsumen.
Agung menuturkan sejumlah program transisi energi yang sekarang gencar dijalankan, seperti penggunaan kendaraan listrik, kompor induksi, dan lainnya bisa jadi pilihan masyarakat.
"Penggunaan kendaraan listrik dapat dilakukan untuk menjawab tantangan dekarbonisasi sektor transportasi," ujarnya.