Manokwari, (Antaranews Papua Barat)-Nilai tukar petani (NTP) di wilayah Provinsi Papua Barat, pada Juni 2018 mencapai 100 persen lebih atau meningkat 0,37 persen dari Mei 2018.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat Endang Retno di Manokwari, Minggu, mengatakan, sebagaimana di wilayah perkotaan, di pedesaan juga terjadi inflasi. Meskipun demikian, produksi pertanian di pedesaan juga mengalami kenaikan.
Dari data yang diperoleh BPS pada Juni lalu, NTP Papua Barat sebesar 100,55 persen. Mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yang 100,18.
"Inflasi pedesaan di Papua Barat 0,69 persen, sementara indeks harga yang diterima petani naik mencapai 0,85 persen," kata dia.
Rasio atau perbandingan antara harga yang diterima dengan harga yang dibayar petani pada bulan lalu mencapai 0,49 persen.
Retno menyebutkan, holtikultura merupakan subsektor yang memiliki indeks tertinggi di daerah tersebut. Indeks holtikultura pada NTP mencapai 110,93. Indeks terendah terjadi pada subsektor tanaman pangan yakni 94,78.
Dari sisi laju pertumbahan, lanjut Endang, subsektor peternakan mengalami perkembangan paling tinggi. Laju pertumbuhan subsektor tersebut meningkat sebesar 1,79 persen.
"Laju pertumbuhan terendah terjadi pada tanaman perkebunan rakyat, turun sebesar 0,69 persen," katanya lagi.
Terkait inflasi, katanya menambahkan, kelompok bahan makanan merupakan penyumbang paling besar. Andil kelompok tersebut dalam pembentukan inflasi pedesaan Papua Barat mencapai 1,27 persen.
"Pada saat menjelang lebaran harga bahan makanan rata-rata naik, baik di kota maupun desa. Ini merata di setiap wilayah Indonesia," sebut Endang.(*)
NTP Papua Barat meningkat 0,37 persen
Minggu, 8 Juli 2018 16:19 WIB