Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sorong, Papua Barat Daya meminta kepada seluruh elemen masyarakat di ibu kota provinsi ke-38 itu untuk bersama memerangi penyakit HIV/AIDS sebagai bagian penting untuk mengurangi dampak dari penyakit itu.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong, Hermanus Kalasuat, di Sorong, Senin, menjelaskan angka kasus HIV/AID di Kota Sorong memang sangat menonjol sehingga diperlukan kerja cepat dengan penerapan metode layanan yang strategis kemudian dibutuhkan peran dan dukungan dari lintas stakeholder supaya kasus ini bisa dikendalikan secara baik dan optimal.

"Kerja sama sebagai bentuk dukungan sangatlah dibutuhkan dalam penanganan kasus ini," katanya.

Menurut dia, penanganan angka kasus HIV/AIDS di Kota Sorong ini membutuhkan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai upaya strategis sesuai dengan peran tugas dan fungsi masing stakeholder guna mengoptimalkan penanganan kasus HIV/AIDS ibu kota Provinsi Papua Barat Daya.

"Total kasus baru HIV/AIDS pada 2024 itu sebanyak 215 kasus, itu artinya setiap tahun selalu saja ada kasus baru yang muncul," jelas

Berdasarkan data komulatif kasus HIV/AIDS di Kota Sorong dari 2004 hingga 2024 sebanyak 4.016 orang dengan status positif HIV/AIDS yang terdiri dari stadium HIV pada laki-laki sebanyak 1.210 kasus, stadium HIV pada perempuan berjumlah 1.715 kasus kemudian stadium AIDS pada laki-laki 619 kasus, stadium AIDS pada perempuan 469 kasus.

"Sementara yang meninggal terdampak HIV/AIDS sebanyak 492 orang" bebernya.

Dia menyebutkan, umur yang terkena penyakit HIV/AIDS di Kota Sorong adalah usia 20-29 tahun, yang didominasi oleh anak-anak usia SMA sebanyak 1.735 orang.

"Penularan HIV/AIDS ini paling banyak melalui hubungan seksual, itu kasusnya paling tinggi sebanyak 3.722 kasus dari 2004 hingga 2024, kemudian juga lewat hubungan sesama jenis dan transfusi darah," ucapnya.

Upaya konkret yang terus dilakukan Dinas Kesehatan melalui Komisi Penanganan AIDS (KPA) Kota Sorong adalah pengobatan rutin dan penyaluran alat kontrasepsi berupa kondom di lokalisasi dan panti pijat, kemudian sosialisasi dan edukasi kepada orang dengan HIV/AIDS.

"Kalau orang dengan infeksi menular seksual (IMS) melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan, kemudian orang dengan HIV/AIDS diperiksa per triwulan," ucapnya.

Dia mengaku bahwa untuk stok obat Antiretroviral (ARV) yang merupakan bagian dari pengobatan HIV/AIDS masih sangat mencukupi untuk menjawab kebutuhan penanganan kasus HIV/AIDS.

"Obat ARV itu tersedia di Rumah Sakit Sele Be Solu, Rumah Sakit Angkatan Laut, dan 10 puskesmas," ujarnya.
 

Pewarta: Yuvensius Lasa Banafanu

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2025