Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, Papua, meminta Kementerian Perhubungan tetap menjadikan Bandara Frans Kaisiepo berstatus internasional untuk kepentingan sebagai hub kargo atau bandara pengumpul pengiriman barang ekspor perikanan ke luar negeri.
"Untuk mendukung percepatan pembangunan Papua produktif, maka Bandara Frans Kaisiepo tetap berstatus internasional sebagai hub kargo hasil kelautan dan perikanan Biak," ujar Staf Ahli Bupati Biak Numfor Francisco Olla di Biak, Papua, Minggu.
Menurut dia, Bandara Frans Kaisiepo Biak sesuai program pemerintah menjadi hub kargo ekspor perikanan hasil laut ke luar negeri seperti Jepang,China, Amerika, dan negara-negara Pasifik.
Dengan rencana strategis ke depan itu, menurut Fransisco, maka status internasional di Bandara Frans Kaisiepo harus dipertahankan.
Bahkan, lanjutnya, secara geopolitik letak geografis Bandara Frans Kaisiepo sangat menjanjikan, karena menjadi garda terdepan kedaulatan maritim Republik Indonesia di kawasan Pasifik.
"Dengan berbagai pertimbangan strategis letak geografis, maka Pemkab Biak Numfor tetap mengajukan permintaan kembali kepada Kementerian Perhubungan untuk mempertahankan status internasional di Bandara Frans Kaisiepo Biak," harap mantan Kadis Perhubungan Biak itu.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perikanan Biak Effendi Igirisa mengatakan ada kebijakan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengirimkan ekspor hasil perikanan di Tanah Papua langsung dari Biak.
"Untuk mendukung program ekspor langsung dari Biak ini, maka status internasional di Bandara Frans Kaisiepo supaya tetap," katanya.
Apalagi, saat pelaksanaan Sail Teluk Cenderawasih dan peresmian Kampung Nelayan Modern (Kalamo) di Kampung Samber-Binyeri, Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan Bandara Frans Kaisiepo Biak menjadi hub kargo ekspor hasil perikanan ke luar negeri.
"Ekspor langsung dari Bandara Frans Kaisiepo Biak sudah menjadi program pemerintah pusat, sehingga status bandara internasional tetap berjalan," harapnya.
Berdasarkan data, panjang landasan pacu Bandara Frans Kaisiepo mencapai 3.571 meter, yang menjadi bandara terpanjang di Indonesia peninggalan Belanda dan dapat didarati pesawat jenis kargo Antonov Rusia, Boeing 747, dan Airbus.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024
"Untuk mendukung percepatan pembangunan Papua produktif, maka Bandara Frans Kaisiepo tetap berstatus internasional sebagai hub kargo hasil kelautan dan perikanan Biak," ujar Staf Ahli Bupati Biak Numfor Francisco Olla di Biak, Papua, Minggu.
Menurut dia, Bandara Frans Kaisiepo Biak sesuai program pemerintah menjadi hub kargo ekspor perikanan hasil laut ke luar negeri seperti Jepang,China, Amerika, dan negara-negara Pasifik.
Dengan rencana strategis ke depan itu, menurut Fransisco, maka status internasional di Bandara Frans Kaisiepo harus dipertahankan.
Bahkan, lanjutnya, secara geopolitik letak geografis Bandara Frans Kaisiepo sangat menjanjikan, karena menjadi garda terdepan kedaulatan maritim Republik Indonesia di kawasan Pasifik.
"Dengan berbagai pertimbangan strategis letak geografis, maka Pemkab Biak Numfor tetap mengajukan permintaan kembali kepada Kementerian Perhubungan untuk mempertahankan status internasional di Bandara Frans Kaisiepo Biak," harap mantan Kadis Perhubungan Biak itu.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perikanan Biak Effendi Igirisa mengatakan ada kebijakan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengirimkan ekspor hasil perikanan di Tanah Papua langsung dari Biak.
"Untuk mendukung program ekspor langsung dari Biak ini, maka status internasional di Bandara Frans Kaisiepo supaya tetap," katanya.
Apalagi, saat pelaksanaan Sail Teluk Cenderawasih dan peresmian Kampung Nelayan Modern (Kalamo) di Kampung Samber-Binyeri, Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan Bandara Frans Kaisiepo Biak menjadi hub kargo ekspor hasil perikanan ke luar negeri.
"Ekspor langsung dari Bandara Frans Kaisiepo Biak sudah menjadi program pemerintah pusat, sehingga status bandara internasional tetap berjalan," harapnya.
Berdasarkan data, panjang landasan pacu Bandara Frans Kaisiepo mencapai 3.571 meter, yang menjadi bandara terpanjang di Indonesia peninggalan Belanda dan dapat didarati pesawat jenis kargo Antonov Rusia, Boeing 747, dan Airbus.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024