Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Kabupaten Manokwari, Papua Barat memastikan ternak sapi yang ada di daerah itu bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK).

Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Manokwari Nixon Karubaba di Manokwari, Minggu, mengatakan pihaknya secara rutin melakukan pengawasan terhadap kesehatan sapi.

"Kita bersyukur sapi-sapi di Manokwari tidak ada yang dibawa dari luar. Kita sampai saat ini masih swasembada sapi sehingga memudahkan untuk pengawasan," kata Nixon.

Ia mengatakan, populasi sapi di Manokwari hingga saat ini setidaknya mencapai 23.000 ekor dan masih terus meningkat. Hal itu juga menjadi indikator sapi-sapi di Manokwari sehat dan tidak terkena wabah PMK.

Populasi tersebut terdata dari para peternak berdasarkan nama dan alamat (by name by address) sehingga mempermudah pengawasan terhadap populasinya.

Ia menjelaskan, peternak di Manokwari lebih mudah memelihara sapi karena mereka hanya melepasliarkan di perkebunan sawit. Bahkan terkadang peternak tidak mengetahui jumlah sapi yang mereka miliki.

"Jumlah 23.000 tersebut kemungkinan faktanya lebih karena sapi kan berkembang biak dan kita tidak pernah kekurangan sapi," jelasnya.

Ia mengatakan rata-rata konsumsi daging sapi di Manokwari per tahunnya mencapai 2.000-3.000 ekor atau rata-rata per bulan 200-250 ekor sapi.

"Intensitas pemotongan sapi di Manokwari tiap harinya mencapai 8-9 ekor. Saat hari raya bisa meningkat sampai 15 ekor per hari," ujarnya.

Ia menambahkan, pada Idul Adha tahun lalu jumlah sapi yang dijadikan kurban mencapai 400 ekor. Untuk tahun ini belum diketahui persis karena data jumlah sapi kurban masih terus bertambah sampai hari Idul Adha pada Senin, 17 Juni 2024.

Ia menjelaskan, keberhasilan swasembada sapi tidak terlepas dari langkah Pemkab Manokawari yang membuat aturan pelarangan pengiriman sapi ke luar daerah melalui Peraturan Bupati sejak tahun 2004.
 

Pewarta: Ali Nur Ichsan

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024