Umat Katolik Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat merayakan 50 tahun masuknya Gereja Katolik di wilayah Kampung Seya, Distrik Mare pada 4 April 1969.
Ketua Panitia Pelaksana Perayaan Yosep Bless di Sorong, Jumat, mengatakan perayaan yubelium masuk Gereja Katolik pada April 2019 tersebut merupakan momentum kebangkitan kembali para intelektual dan budayawan Mare untuk melakukan gerakan kembali menjalin harmoni antara manusia, alam semesta, serta sang penciptanya dalam gerakan "inculturasi in action".
Dia menjelaskan bahwa perayaan ini dilaksanakan untuk mengenang kembali 50 tahun Gereja Katolik masuk di Seya Distrik Mare, Kabupaten Maybrat pada 4 april 1969 yang memberikan kemajuan kehidupan masyarakat hingga saat ini.
Sesuai sejarah, kata dia, pada 1949 Misi Katolik memulai karya di Seya, Distrik Mare Maybrat sempat ditolak, namun misi terus melakukan pelayanan masyarakat dan pada 4 April 1969 berdiri Gereja Katolik.
Ia menyampaikan, kegiatan perayaan syukuran 50 tahun masuknya gereja Katolik di Seya ini merupakan momentum untuk mendorong seluruh intelektual Seya kembali perjuangan Myor Sipat yang mana telah berjuang untuk mengabarkan Injil hingga membawa perubahan bagi warga Seya.
Gereja Katolik berkarya dan memberi perubahan bagi warga Seya adalah sejarah yang mana sejarah itu harus diperingati dan diceritakan setiap generasi turun-temurun.
Dia mengatakan pada perayaan 50 tahun Gereja Katolik tersebut, berlangsung pula peletakan batu pertama pembangunan Tugu Tiga Pilar dalam rangka pekabaran injil di Kampung Seya yang mana pilar pertama untuk mengenang Daud Nauw selaku tokoh sejarah masyarakat Seya yang dinobatkan sebagai raja Mare, dengan pangkat“Myor”atau Mayor Sipat, Mayor yang menjaga batas wilayah antara Bistir Ayamaru dan Bistir Sansapor pada massa kerajaan Tidore.
Myor Sipat atau Daud Nauw berjuang untuk Mare. Ia berjuang mendatangkan injil dari Ayamaru agar daerah Mare maju dan setara dengan orang-orang lain di Maybrat.
"Kemudian Pilar yang kedua untuk mengenang karya GKI pada tahun 1954 sampai pada tahun 1969 dan Pilar yang ketiga untuk mengenang karya Gereja Katholik yang masuk ke tanah Seya sejak 4 April 1969 hingga sekarang," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2019
Ketua Panitia Pelaksana Perayaan Yosep Bless di Sorong, Jumat, mengatakan perayaan yubelium masuk Gereja Katolik pada April 2019 tersebut merupakan momentum kebangkitan kembali para intelektual dan budayawan Mare untuk melakukan gerakan kembali menjalin harmoni antara manusia, alam semesta, serta sang penciptanya dalam gerakan "inculturasi in action".
Dia menjelaskan bahwa perayaan ini dilaksanakan untuk mengenang kembali 50 tahun Gereja Katolik masuk di Seya Distrik Mare, Kabupaten Maybrat pada 4 april 1969 yang memberikan kemajuan kehidupan masyarakat hingga saat ini.
Sesuai sejarah, kata dia, pada 1949 Misi Katolik memulai karya di Seya, Distrik Mare Maybrat sempat ditolak, namun misi terus melakukan pelayanan masyarakat dan pada 4 April 1969 berdiri Gereja Katolik.
Ia menyampaikan, kegiatan perayaan syukuran 50 tahun masuknya gereja Katolik di Seya ini merupakan momentum untuk mendorong seluruh intelektual Seya kembali perjuangan Myor Sipat yang mana telah berjuang untuk mengabarkan Injil hingga membawa perubahan bagi warga Seya.
Gereja Katolik berkarya dan memberi perubahan bagi warga Seya adalah sejarah yang mana sejarah itu harus diperingati dan diceritakan setiap generasi turun-temurun.
Dia mengatakan pada perayaan 50 tahun Gereja Katolik tersebut, berlangsung pula peletakan batu pertama pembangunan Tugu Tiga Pilar dalam rangka pekabaran injil di Kampung Seya yang mana pilar pertama untuk mengenang Daud Nauw selaku tokoh sejarah masyarakat Seya yang dinobatkan sebagai raja Mare, dengan pangkat“Myor”atau Mayor Sipat, Mayor yang menjaga batas wilayah antara Bistir Ayamaru dan Bistir Sansapor pada massa kerajaan Tidore.
Myor Sipat atau Daud Nauw berjuang untuk Mare. Ia berjuang mendatangkan injil dari Ayamaru agar daerah Mare maju dan setara dengan orang-orang lain di Maybrat.
"Kemudian Pilar yang kedua untuk mengenang karya GKI pada tahun 1954 sampai pada tahun 1969 dan Pilar yang ketiga untuk mengenang karya Gereja Katholik yang masuk ke tanah Seya sejak 4 April 1969 hingga sekarang," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2019