Bupati Manokwari Hermus Indou meminta Pemerintah Provinsi Papua Barat menetapkan daerahnya sebagai sentra pengembangan ternak sapi guna menjaga stabilitas pangan di wilayah itu.
"Populasi sapi di Manokwari cukup besar sehingga bisa memenuhi kebutuhan daerah pada hari biasa ataupun saat hari raya. Bahkan kita mampu menyuplai daging sapi ke Sorong. Kami membutuhkan dukungan penuh dari Pemprov," kata Hermus di Manokwari, Senin.
Ia menyebutkan kualitas dan kuantitas sapi di Manokwari harus bisa terjaga. Sebagai ibukota Provinsi Papua Barat, Manokwari diharapkan mampu menjaga stabilitas pangan. terlebih ternak sapi juga dapat menunjang pertanian organik.
"Kita harapkan bisa ditetapkan sebagai sentra pengembangan sapi karena daging sapi ini bisa dikonsumsi lebih banyak orang, dikonsumsi semua orang," ujarnya.
Orang nomor satu di Kabupaten Manokwari itu mengatakan daerahnya bisa lebih maju dan berkembang dari sisi ekonomi jika ditetapkan sebagai sentra pengembangan ternak sapi, juga sekaligus sentra pengembangan ternak babi.
Ternak sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum, sedangkan ternak babi merupakan peternakan kultural masyarakat Papua.
"Karena masyarakat kita, khususnya suku besar Arfak dan juga suku-suku Papua lainnya lebih mudah untuk beternak babi ketimbang beternak yang lainnya sehingga dapat mencukupi kebutuhan kedua jenis daging tersebut di Provinsi Papua Barat," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan Manokwari Kukuh Saptoyudo menjelaskan, Manokwari memiliki populasi ternak sapi terbanyak di Provinsi Papua Barat yang mencapai 22 ribu hingga 23 ribu ekor.
Tiap tahun Manokwari membutuhkan sekitar 3.000 ekor sapi untuk dikonsumsi. Adapun saat perayaan hari besar keagamaan, terutama saat Idul Adha kebutuhan daging sapi meningkat hingga 700-800 ekor.
Kukuh mengatakan meski Manokwari kini sudah berhasil dalam hal swasembada sapi, namun saat ini ternak sapi di wilayah itu mengalami degradasi genetik lantaran sapi betina dan pejantan sapi dikawinkan dengan anak satu gen. Akibatnya, tubuh sapi di Manokwari semakin mengecil.
“Jika Pemprov Papua Barat menetapkan Manokwari sebagai sentra pengembangan sapi, maka pemda bisa mendapatkan bantuan anggaran untuk mendatangkan sapi induk atau pejantan sapi dari luar. Dengan demikian sapi-sapi itu genetik-nya bisa terjaga karena tidak ada perkawinan satu gen,” ujarnya.
Kukuh menjelaskan bahwa latar belakang penetapan Manokwari sebagai sentra pengembangan ternak babi oleh Pemprov PB lantaran populasi babi pernah turun drastis akibat wabah African Swine Fever (ASF) pada 2021.
Padahal sebelumnya Manokwari merupakan pemasok utama babi ke Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah dan daerah lainnya di Papua.
Pemkab Manokwari bekerja sama dengan Loka Veteriner Jayapura melakukan surveilans pada ternak babi di wilayah itu. Dari sejumlah tes dalam dua kali surveilans, diketahui seluruh babi di Manokwari negatif penyakit ASF.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023
"Populasi sapi di Manokwari cukup besar sehingga bisa memenuhi kebutuhan daerah pada hari biasa ataupun saat hari raya. Bahkan kita mampu menyuplai daging sapi ke Sorong. Kami membutuhkan dukungan penuh dari Pemprov," kata Hermus di Manokwari, Senin.
Ia menyebutkan kualitas dan kuantitas sapi di Manokwari harus bisa terjaga. Sebagai ibukota Provinsi Papua Barat, Manokwari diharapkan mampu menjaga stabilitas pangan. terlebih ternak sapi juga dapat menunjang pertanian organik.
"Kita harapkan bisa ditetapkan sebagai sentra pengembangan sapi karena daging sapi ini bisa dikonsumsi lebih banyak orang, dikonsumsi semua orang," ujarnya.
Orang nomor satu di Kabupaten Manokwari itu mengatakan daerahnya bisa lebih maju dan berkembang dari sisi ekonomi jika ditetapkan sebagai sentra pengembangan ternak sapi, juga sekaligus sentra pengembangan ternak babi.
Ternak sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum, sedangkan ternak babi merupakan peternakan kultural masyarakat Papua.
"Karena masyarakat kita, khususnya suku besar Arfak dan juga suku-suku Papua lainnya lebih mudah untuk beternak babi ketimbang beternak yang lainnya sehingga dapat mencukupi kebutuhan kedua jenis daging tersebut di Provinsi Papua Barat," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan Manokwari Kukuh Saptoyudo menjelaskan, Manokwari memiliki populasi ternak sapi terbanyak di Provinsi Papua Barat yang mencapai 22 ribu hingga 23 ribu ekor.
Tiap tahun Manokwari membutuhkan sekitar 3.000 ekor sapi untuk dikonsumsi. Adapun saat perayaan hari besar keagamaan, terutama saat Idul Adha kebutuhan daging sapi meningkat hingga 700-800 ekor.
Kukuh mengatakan meski Manokwari kini sudah berhasil dalam hal swasembada sapi, namun saat ini ternak sapi di wilayah itu mengalami degradasi genetik lantaran sapi betina dan pejantan sapi dikawinkan dengan anak satu gen. Akibatnya, tubuh sapi di Manokwari semakin mengecil.
“Jika Pemprov Papua Barat menetapkan Manokwari sebagai sentra pengembangan sapi, maka pemda bisa mendapatkan bantuan anggaran untuk mendatangkan sapi induk atau pejantan sapi dari luar. Dengan demikian sapi-sapi itu genetik-nya bisa terjaga karena tidak ada perkawinan satu gen,” ujarnya.
Kukuh menjelaskan bahwa latar belakang penetapan Manokwari sebagai sentra pengembangan ternak babi oleh Pemprov PB lantaran populasi babi pernah turun drastis akibat wabah African Swine Fever (ASF) pada 2021.
Padahal sebelumnya Manokwari merupakan pemasok utama babi ke Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah dan daerah lainnya di Papua.
Pemkab Manokwari bekerja sama dengan Loka Veteriner Jayapura melakukan surveilans pada ternak babi di wilayah itu. Dari sejumlah tes dalam dua kali surveilans, diketahui seluruh babi di Manokwari negatif penyakit ASF.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023