Pemerintah Provinsi Papua Barat mengoptimalkan upaya percepatan penurunan kemiskinan ekstrem dan masalah gagal tumbuh atau stunting pada seluruh kabupaten di provinsi tersebut.
 
Penjabat Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw di Manokwari, Rabu, mengatakan, semua elemen baik pemerintah provinsi maupun kabupaten harus bersinergi agar program percepatan penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting berjalan dengan baik.
 
Hal ini berkaitan dengan angka prevalensi balita stunting pada 2022 mengalami peningkatan 3,8 poin menjadi 30 persen dibanding tahun sebelumnya.
 
Selain itu, kata dia, Papua Barat dikategorikan sebagai provinsi dengan kemiskinan ekstrem tertinggi bersama empat provinsi lainnya di Indonesia.
 
"Program percepatan ini tidak bisa dikerjakan oleh pemerintah saja, tapi butuh dukungan masyarakat," kata Waterpauw.
 
Ia menjelaskan, kemiskinan ekstrem memberikan kontribusi terhadap masalah gagal tumbuh pada balita yang merupakan generasi emas penerus bangsa.
 
Oleh sebabnya, pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki asupan gizi bagi ibu hamil dan balita beresiko stunting melalui pemberian makanan tambahan.
 
Pemerintah daerah juga akan memberdayakan peran Posyandu sebagai garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat.
 
Posyandu memiliki banyak manfaat seperti peningkatan kualitas hidup, perbaikan gizi, dan menjamin kesehatan keluarga di setiap wilayah.
 
"Layanan kesehatan yang baik mempercepat penurunan stunting, kematian ibu, dan kematian bayi," ucap Waterpauw.
 
Sekda Manokwari drg Henri Sembiring menandatangani komitmen percepatan penurunan stunting dan kemiskinan ekstrem yang diikuti sejumlah pimpinan OPD di lingkup Pemkab Manokwari, Rabu. (ANTARA/Fransiskus Salu Weking)

 
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Manokwari drg Henri Sembiring, menjelaskan gagal tumbuh balita terjadi karena kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun.

Kondisi ini dipengaruhi minimnya pengetahuan ibu tentang kesehatan dan asupan gizi, serta keterbatasan mengakses layanan kesehatan saat hamil maupun pascamelahirkan.
 
Pencegahan stunting, kata Henri, dapat dilakukan melalui berbagai langkah meliputi pemberian tablet tambah darah untuk dikonsumsi remaja putri dan ibu hamil, melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, dan menjaga asupan gizi pada anak dan ibu hamil.

Selain itu, memperhatikan ibu hamil agar mengontrol kesehatannya ke Posyandu secara berkala, dan pemberian ASI ekslusif selama enam bulan.
 
"Itu beberapa langkah yang bisa kita kerjakan dalam pencegahan stunting," ucap Henri.
 
Ia menerangkan inovasi penanggulangan stunting di Kabupaten Manokwari yaitu pendirian dapur gizi pada setiap Posyandu, intervensi spesifik oleh bidang kesehatan, dan instansi lainnya melakukan intervensi sensitif.
 
Total kasus stunting di Manokwari berdasarkan inputan data yang diperbaharui pada 2 Mei 2023 sebanyak 391 bayi usia 0-59 bulan.
 
"Kita juga terapkan pola bapak asuh bagi anak beresiko stunting," kata Sembiring.

Pewarta: Fransiskus Salu Weking

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023