Operasional bus sekolah di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, untuk sementara dikurangi intensitasnya sembari menunggu terbitnya Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun 2023.
 
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Kelautan dan Perikanan Manokwari Yosep Dowansiba di Manokwari, Jumat (2/12), mengakui pengurangan intensitas operasional bus lantaran anggaran bahan bakar minyak untuk operasional bus yang disiapkan pada 2022 tidak memperhitungkan kemungkinan naiknya harga.
 
"Besaran anggaran kita siapkan itu sebenarnya dibilang kecil juga tidak karena cukup untuk 12 bulan. Tetapi karena adanya kenaikan BBM, maka anggaran itu hanya mencukupi operasional bus hingga hanya menjadi sembilan bulan," ujar Yosep.
 
Kejadian ini membuat pihaknya mengakali pengantaran dan penjemputan siswa hanya dilakukan kala adanya kegiatan penting seperti ujian.
 
Yosep berjanji operasional bus sekolah akan kembali normal ketika DPA Tahun 2023 terbit sebab dia meyakini anggaran yang diajukan untuk operasional bus itu cukup hingga satu tahun karena telah disesuaikan dengan harga BBM yang berlaku saat ini.
 
Yosep menerangkan pada Tahun Anggaran 2022, pihaknya menganggarkan BBM untuk operasional bus sekolah mencapai Rp20 juta dengan konsumsi BBM berjenis solar.
 
Di Tahun 2023, dia menyebut anggaran yang diajukan sekitar Rp25-30 juta dengan konsumsi BBM jenis dexlite.
 
Dinas Perhubungan memiliki tujuh bus yang bertugas untuk mengantar-jemput siswa SD dan SMP di Kelurahan Anday, Distrik Manokwari Selatan, di Kelurahan Amban, Distrik Manokwari Barat dan Kampung Susweni di Kelurahan Manokwari Timur.
 
Selama beroperasi, bus sekolah tidak memungut biaya apapun dari siswa yang diantar jemput.

Pewarta: Rachmat Julaini

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2022